SISTEM TRANSPORTASI LAUT DI INDONESIA
Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem transportasi laut
Disusun Oleh:
KELOMPOK III
1. REINHARD JEKSEN NABABAN
NIM :
140120201001
2. SYAHRIL ARIFIN
NIM :
140120201020
3. DEDI PANDU WINATA
NIM : 140120201044
4. ZARWIN
NIM : 140120201046
KONSENTRASI ELEKTRONIKA PERKAPALAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kepada kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul “Sistem
Transportasi Laut Di Indonesia” disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Transportasi Laut serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis
dan pembaca.
Pada
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman yang telah
membantu pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat
khususnya bagi penulis dan orang lain yang telah membaca makalah kami.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar
makalah ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.
Tanjungpinang,
13 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
…………………………………………………......................1
1.2. Rumusan Masalah
…………………………………………….........................2
1.3. Isu Permasalahan...……………………………………………………............2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Permintaan Transportasi Laut di Indonesia........................................................3
2.1.1 Demand Transportasi
Laaut di Indonesia……..........................................4
2.2. Perdagangan (impor dan
ekspor-sumber daya alam atau produk yang diproduksi).……......................................................................................................6
2.1.1 Ekspor dan Impor…................................……..........................................8
2.1.2 Kegiatan Ekspor dan Impor Indonesia....……..........................................9
2.1.2.1 Keadaan Impor di
Indonesia ....……...............................................11
2.3. Pertahanan (lingkungan politik).......................................................................13
2.4. Pariwisata
........................................................................................................14
2.4.1
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan................................................16
2.4.2 Contoh Trasportasi Kapal Wisata Tradisional
(Traditional Cruise) .......17
2.5
Pengunaan Lainnya Dalam Sistim Transportasi Laut.......................................18
2.5.1 Sistem Transportasi Laut Dalam
Peningkatan Penunjang Pembangunan Wilayah Kepulau..............................................................................................18
2.6 Kondisi yang dihadapkan
transportasi laut di Indonesia di masa mendatang...21
2.6.1 Masa Depan Transportasi Laut Indonesia...............................................21
2.6.2 Hal
Yang Harus Dilakukan Pemerintah..................................................23
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan.............................................................................................. .......25
3.2. Saran................................................................................................................25
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Indonesia dengan letak geografis
yang sangat strategis memiliki bentangan laut yang luas hingga 2/3 wilayah dari
keseluruhan wilayah NKRI. Indonesia perlu menempatkan diri sebagai leader, dan menciptakan kebijakan
nasional yang berdasarkan pada kondisi geografis yang dimiliki. Dengan kondisi
geografis yang demikian, maka peranan transportasi laut bagi Indonesia adalah
sangat strategis dan vital, tidak hanya dari aspek ekonomi, tetapi juga dari
aspek ideologi, politik, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
Dari aspek ekonomi, sektor
transportasi laut berperan dalam menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya
sehingga aktivitas perekonomian dapat berjalan secara lancar. Di samping itu, sektor transportasi laut
berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi daerah-daerah tertinggal dan sebagai sarana
penunjang perekonomian bagi daerah-daerah yang telah berkembang.
Dari aspek ideologi dan politik,
sektor transportasi laut berperan dalam menjaga integritas bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di samping
sebagai sarana mendukung pelaksanaan.
Untuk itulah sektor transportasi laut sangat
penting bagi Indonesia dan pemerintah serta stakeholder
industri perkapalan dan juga turut andil dalam memajukan industri maritim demi
menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dimasa mendatang.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah kali ini
membahas mengenai kondisi sistem transportasi laut di Indonesia.
1.3.
ISU PERMASALAHAN
1. Permintaan
transportasi laut di indonesia.
2. Perdagangan
(impor dan ekspor-sumber daya alam atau produk yang diproduksi).
3. Pertahanan
(lingkungan politik).
4. Pariwisata
5. Pengunaan
lauinnya dalam sistim transportasi laut
6. Kondisi yang dihadapkan
transportasi laut di Indonesia di masa mendatang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Permintaan Transportasi
Laut Di Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia, memiliki wilayah seluas 7,7 juta Km2, dengan luas lautan 2/3 wilayah
Indonesia, dan garis pantai terpanjang ke empat di dunia sepanjang 95.181 km,
serta memiliki 17.480 pulau mempunyai potensi ekonomi pada jasa transportasi
laut (pelayaran) yang sangat besar, karena sudah tidak dapat dielakkan lagi
bahwa transportasi laut (kapal) merupakan sarana transportasi utama guna
menjangkau dan menghubungkan pulau-pulau di wilayah nusantara sehingga
menciptakan konektifitas antar pulau di Indonesia. Karena sangat vitalnya
transportasi bagi perekonomian, maka transportasi laut harus dikembangkan
dengan baik dan benar untuk menunjang pertumbuhan perekonomian. Jika
transportasi laut terganggu, maka perekonomian nasional juga akan ikut
terganggu. Salah satu strategi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
nasional adalah dengan mengedepankan penguatan konektifitas antar pulau
terutama pulau-pulau terluar. Konektifitas ini hanya bisa terwujud apabila
transportasi laut di negara kepulauan terus diperankan secara signifikan.
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang wilayah daratannya di pisahkan oleh wilayah
perairan yang sangat luas, sehingga peran transportasi laut sangatlah penting
dalam menghubungkan semua wilayah di Indonesia. Fungsi transportasi laut pada
dasarnya adalah untuk mengangkut penumpang atau barang dari satu tempat ke
tempat lain yang dipisahkan oleh wilayah perairan. Dengan adannya transportasi
laut maka dapat membantu terciptanya pola distribusi nasional. Namun,
untuk dapat mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu sistem transprortsi laut
yang efektif, efisien dan aman. Perpindahan atau pergerakan (movement)
dari penumpang dan barang merupakan dasar terjadinya perdagangan. Melalui
sarana tranportasi laut, bahan baku maupun barang hasil produksi
dari satu daerah dapat dipasarkan ke daerah lain. Indonesia, sebagai sebuah
negara kepulauan terbesar di dunia, sangat membutuhkan angkutan laut yang dapat
menjangkau seluruh wilayahnya.
2.1.1
Demand Tranportasi Laut di
Indonesia
Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu
daerah dengan daerah lainnya memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan
barang untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sementara adanya
perpindahan atau pergerakan (movement) dari penumpang dan barang
merupakan dasar terjadinya perdagangan.Adannya bisnis perdagangan baik di dalam
maupun luar negeri (Export & Import) mempengaruhi permintaan jasa
angkutan laut di Indonesia karena angkutan laut menjadi pilihan sebagian besar
masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas pengiriman barang. Produksi
angkutan laut Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, seiring
meningkatnya produksi laut Indonesia maka jumlah mutan yang tersedia untuk
angkutan laut juga semakin bertambah setiap tahunnya, seperti terlihat pada
grafik berikut ini:
Gambar 1 Jumlah Produksi Angkutan Laut Indonesia (Source: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)
Seperti terlihat pada grafik tersebut
setiap tahunnya produksi angkutan laut Indonesia terus meningkat baik untuk di
dalam negeri maupun di luar negeri, dengan produksi angkutan laut yang
meningkat jumlah muatan yang tersedia untuk angkutan laut juga meningkat pada
setiap tahunnya pada akhir tahun 2009 jumlah total muatan yang tersedia
mencapai 836,668,838 ton. Pertumbuhan produksi angkutan laut Indonesia, seperti
tampat pada grafik 2 dibawah ini:
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Produksi Angkutan Laut
Indonesia (Source: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)
Meskipun sempat turun pada tahun 2006 – 2008 karena krisis
ekonomi yang terjadi di dunia, namun tidak sampai minus (-) dan pada akhirnya
pertumbuhan produksi angkutan laut Indonesia kembali naik pada tahun 2009
seiring membaiknya perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan mencapai
7.43%. Permintaan akan jasa transportasi laut tidak hanya terbatas pada
pengiriman barang tetapi juga pada jasa penyeberangan penumpang. Mengingat indonesia
adalah negara kepulauan yang wilayah daratannya dipisahkan oleh wilayah lautan
yang luas, maka dibutuhkan jasa penyeberangan dengan angkutan laut. Permintaan
akan jasa penyeberangan dengan transportasi laut bisa dikatakan sangat tinggi,
terlihat dengan banyaknya jumlah penumpang pada setiap tahunnya.
Gambar 3. Jumlah Penumpang Transportasi Laut di Indonesia (Source: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)
Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan (demand) akan
transportasi laut. Faktor-faktor tersebut, antara lain:
1.
Faktor Ekonomi
a.
Perkembangan GDP (Gross Domestik Product)
suatu negara.
b.
Kondisi perdagangan di dalam dan luar
negeri.
c.
Kebijakan ekonomi (tarif pajak, bunga dll)
yang dikeluarkan.
d.
Struktur ekonomi.
2.
Faktor Politik
a.
Terjadinya peperangan.
b.
Adannya aliansi politik (MEC, APEC, ASEAN
dll).
c.
Preference terhadap negara tertentu.
3.
Faktor Teknologi
a.
Teknologi transportasi laut.
b.
Teknologi telekomunikasi.
2.2
Perdagangan
(impor dan ekspor-sumber daya alam atau produk yang diproduksi).
Menurut definisinya, transportasi berarti kegiatan
memindahkan atau mengangkut barang dan orang dari suatu tempat asal ke tempat
tujuan (Origin-Destination Travel). Barang yang diangkut adalah untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat (konsumsi) atau barang yang dimaksud
digunakan sebagai bahan baku untuk meng-hasilkan produk akhir (produksi).
Sedangkan orang yang menggunakan jasa transportasi adalah untuk bekerja,
berdagang, menghadiri pertemuan/diskusi, atau melakukan kegiatan lainnya. Jelaslah,
bahwa kegiatan transportasi terkait erat dengan kegiatan-kegiatan sektor
lainnya. Kegiatan transportasi digunakan untuk membantu kegiatan sector lain.
Transportasi dikatakan sebagai fasilitas yang membantu (supporting facility)
sektor-sekttor lain, yang berarti transportasi itu mempu-nyai fungsi yang
sangat penting dan strategis dalam perekonomian dan pembangunan. Selanjutnya, penting dijelaskan tentang
fungsi transportasi dalam perekonomian dan pembangunan. Fungsi utama
transportasi ada dua, yaitu (1) sebagai penunjang (servicing facility)dan
(2) sebagai pendorong atau pendukung (promoting facility), (M.N.
Nasution, 1996). Pertama, transportasi berfungsi sebagai penunjang(servicing
facility) dimaksudkan jasa transportasi itu melayani pengernbangan kegiatan
sektor-sektor lain yaitu sektor-sektor pertanian, industry perdagangan
pendidikan, kesehatan, pariwisata, transmigrasi dan lainnya. Contoh,
pembangunan prasarana/jalan yang mulus dan tersedianya sarana angkutan yang
cukup, akan dimanfaatkan untuk mengangkut berbagai komoditas hasil pertanian
dari daerah pedesaan ke pasar-pasar di perkotaan secara lancar dan tepat waktu
sampai kepada konsumen, sehingga harganya tinggi, hal ini menguntungkan pihak
pedagang dan petani produsen. Selanjutnya petani produsen akan meningkatkan
produksinya, dan pedagang akan bertambah besar volume
kegiatannya. Jelaslah, bahwa pembangunan prasarana dan sarana transportasi
akan menunjang pengernbangan kegiatan sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Contoh lain, jasa transportasi mengangkut bahan baku
dari sumber bahan baku, dikirim ke lokasi pabrik/industri, setelah diolah
menjadi produk akhir didistribusikan ke berbagai daerah permasaran, maka dapat
dikatakan bahwa jasa transportasi menunjang pengernbangan kegiatan sektor industri.
Demikian pula dalam sektor pendidikan dan sektor kesehatan, tersedianya
prasarana jalan menuju ke daerah-daerah pedesaan, maka pelayanan pendidikan dan
kesehatan dapat dilaksanakan ke seluruh daerah pedesaan yang tersebar di
seluruh wilayah tanah air. Jasa transportasi dapat pula menunjang pengernbangan
kegiatan sektor pariwisata dan sektor transmigrasi, melalui pelayanan
pengangkutan para wisatawan menuju ke dan dari obyek wisata, serta pengangkutan
para transmigran dari daerah asalnya menuju ke daerah
transmigrasi. Contoh-contoh di atas menunjukkan pelaksanaan fungsi transportasi
sebagai fasilitas yang melayani kegiatan sektor-sektor lain, sebagai sektor
penunjang yang melayani pengembangan kegiatan-kegiatan di luar sektor
transportasi.
2.2.1
Ekspor
dan Impor
Ekspor adalah kegiatan
menjual barang atau jasa ke luar negeri. Orang yang melakukan kegiatan ekspor
disebut dengan eksportir. Adapun barang yang dijual dikenal sebagai barang
ekspor. Melimpahnya sumber daya alam suatu negara melatar belakangi kegiatan
ekspor. Sebagai contoh
negara Indonesia melimpah akan minyak bumi dan hasil pertanian. Selain untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri, sebagian juga diekspor ke luar negeri. Sistem transportasi dalam bidang ekspor ini mampu meningkatkan perekonomian negara serta menambah devisa negara. Dengan adanya ekspor ini negara Indonesia mampu memperbaiki sistem ketatanan transportasi untuk mengirim barang keluar.
negara Indonesia melimpah akan minyak bumi dan hasil pertanian. Selain untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri, sebagian juga diekspor ke luar negeri. Sistem transportasi dalam bidang ekspor ini mampu meningkatkan perekonomian negara serta menambah devisa negara. Dengan adanya ekspor ini negara Indonesia mampu memperbaiki sistem ketatanan transportasi untuk mengirim barang keluar.
Impor merupakan kebalikan
dari ekspor. Impor adalah kegiatan membeli barang dari luar negeri. Orang yang
melakukan kegiatan impor disebut sebagai importir. Adapun barang yang dibeli
dari luar negeri disebut barang impor. Keterbatasan sumber daya alam dan sumber
daya manusia menjadi alasan dilakukan impor. Contohnya adalah Indonesia belum
bisa memproduksi barang-barang elektronik dan barang otomotif seperti mobil,
sepeda motor, dan lain-lain. Oleh karena itu, Indonesia mengimpor barang-barang
tersebut dari negara lain. Kegiatan ekspor dan impor dilakukan melalui
pelabuhan laut. Salah satu pelabuhan di Indonesia yang menjadi tempat kegiatan
ekspor dan impor adalah pelabuhan Tanjung Priok. Dengan adanya sistem transportasi di indonesia diharapkan dapat
memperbaiki sistem ekspor dan impor dalam dunia perdagangan.
2.2.2
Kegiatan Ekspor dan Impor Indonesia
Negara Indonesia kaya
akan sumber daya alam. Terutama hasil tambang dan hasil pertanian. Hasil
tambang dan hasil pertanian sebagian untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Sebagian diekspor ke luar negeri. Indonesia masih mempunyai keterbatasan di
bidang sumber daya manusia. Terutama untuk memproduksi barang-barang elektronik
dan barang barang otomotif. Oleh karena itu, Indonesia mengimpor barang-barang
tersebut dari negara lain. Kegiatan ekspor dan impor bisa berupa barang dan
jasa. Berikut ini barang serta jasa yang diekspor dan diimpor oleh Indonesia.
Barang yang diekspor oleh Indonesia terdiri atas dua macam. Di antaranya barang
migas dan nonmigas. Barang migas berupa minyak dan gas bumi. Adapun barang nonmigas,
yaitu hasil pertanian, hasil industri, dan hasil tambang (selain minyak dan gas
bumi). Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak bumi. Negara
Indonesia tergabung ke dalam perhimpunan negara-negara pengekspor minyak bumi
atau OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). Hasil industri Indonesia
yang diekspor, antara lain rokok, kertas, suku cadang telkom, tekstil dan
pakaian jadi, semen, pupuk, kayu lapis, kerajinan kulit, ukir ukiran, dan
anyaman rotan. Barang-barang hasil perkebunan yang diekspor, antara lain
tembakau, teh, karet, kelapa sawit, kopra, lada, cokelat, kopi, cengkih, dan
pala.Barang-barang hasil hutan yang diekspor Indonesia, yaitu rotan, kayu, dan
damar. Adapun hasil laut yang diekspor Indonesia, antara lain udang, ikan
segar, dan ikan kaleng.
Gambar 4. Tabel ekspor barang ke negara lain
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan
sejak tahun 1983.Sejak saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu
pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari
penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen
dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang
domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam
antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor
penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10
golongan barang memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor
nonmigas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati,
bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet,
mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu
logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari
kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan
barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total
ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut
meningkat 27,71 persen terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu,
peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008
sebesar 41,20 persen.
Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai
USD11,80 miliar (12,80 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67
miliar (11,57 persen), dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40
persen).
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk
periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada.
Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya
masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen. Dilihat
dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi
ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi ekspor
produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk
pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas
adalah sebesar 22,10 persen.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia
membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial
global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per
September yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23
miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year
mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.
2.2.2.1 Keadaan
impor di Indonesia
Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku
dan bahan penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan
barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti
makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. bahan baku dan bahan
penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik
sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia,
obat-obatan dan kendaraan bermotor.Barang
Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin,
suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk impor
indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang
kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang berupa hasil peternakan
antara lain daging dan susu. Produk impor Indonesia yang berupa hasil
pertambangan antara lan adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang
berupa barng industri antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia,
kendaraan. dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar
negeri.
Keadaan impor
di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan
barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama
Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing
dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen.
Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12
persen.
Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor
nonmigas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik
memberikan peranan terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan
listrik sebesar 15,15 persen, besi dan baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan
bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik
dan barang dari plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan baja
sebesar 3,27 persen. Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan
peranan di bawah tiga persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar
2,39 persen, dan kapas sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan
barang utama mencapai 67,70 persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen
dari total impor keseluruhan. Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober
2008 nilai impor nonmigas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar
USD1,78 miliar. Angka tersebut mengalami defisit sebesar USD9,3 juta atau 0,52
persen dibanding September 2008.
Sementara itu, dari total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode
tersebut sebesar USD64,62 miliar atau 76,85 persen berasal dari 12 negara
utama, yaitu China sebesar USD12,86 miliar atau 15,30 persen, diikuti Jepang
sebesar USD12,13 miliar (14,43 persen). Berikutnya Singapura berperan 11,29
persen, Amerika Serikat (7,93 persen), Thailand (6,51 persen), Korea Selatan
(4,97 persen), Malaysia (4,05 persen), Australia (4,03 persen), Jerman (3,19
persen), Taiwan (2,83 persen), Prancis (1,22 persen), dan Inggris (1,10
persen). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22 persen dan dari
Uni Eropa 10,37 persen.
2.3
Pertahanan
(lingkungan politik).
Strategi pertahanan laut, dan konsep terkait
strategi maritim, berkaitan dengan strategi keseluruhan untuk mencapai
kemenangan di laut, termasuk perencanaan dan pelaksanaan kampanye, gerakan dan
disposisi dari angkatan laut dengan mencari keuntungan dari pertempuran di
suatu tempat nyaman, dan penipuan dari musuh. Taktik angkatan laut berkaitan
dengan pelaksanaan rencana dan manuver armada laut dalam pertempuran. Sebuah
kekuatan angkatan laut merupakan komando laut yang kuat sehingga musuh tidak
dapat menyerang secara langsung. Laut juga disebut kontrol, dominasi ini
mungkin berlaku untuk perairan sekitarnya (yaitu pesisir) atau dapat
memperpanjang jauh ke lautan, yang berarti negara memiliki angkatan laut setara
superioritas udara. Dengan komando laut, sebuah negara (atau aliansi) dapat
memastikan bahwa kapal militer dan kapal dagang bisa bergerak leluasa,
sementara para pesaingnya, baik dipaksa untuk tinggal di pelabuhan atau mencoba
untuk menghindar wilayah kekuasaan. Yang paling terkenal, Angkatan Laut Kerajaan
Inggris memegang komando laut selama periode panjang dari abad ke-18 sampai
awal abad ke-20, memungkinkan Inggris dan
sekutu-sekutunya untuk melakukan perdagangan dan untuk memindahkan pasukan
serta persediaan (logistik) dengan mudah pada masa perang, sementara
musuh-musuhnya tidak dapat melakukannya. Sebagai contoh, Inggris mampu memblokade
Perancis selama Peran Napoleon, Amerika
Serikat selama Perang tahun 1812, dan Jerman
selama Perang Dunia I. Beberapa angkatan laut dapat
beroperasi sebagai angkatan laut, tapi "banyak Negara-negara yang
mengkonversi angkatan laut dari “Green water” ke “Blue water” dan ini akan
meningkatkan penggunaan militer Zona Ekonomi Eksklusif asing [zona pesisir
sampai 200 mil laut (370 km)] dengan kemungkinan reaksi untuk rezim ZEE.
Berdasarkan informasi dari globalfirepower.com, jumlah armada yang
dimiliki Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) berjumlah 221 unit.
Jumlah tersebut terbagi menjadi 8 kapal frigat, 25 kapal korvet, 2 kapal selam,
66 kapal patroli dan 12 penyapu ranjau. Ada dua jenis kapal
frigat yang
dimiliki Indonesia, antara lain Kelas Ahmad Yani dan Kelas Sigma. Kapal-kapal
tersebut antara lain KRI Ahmad Yani-351, KRI Slamet Riyadi-352, KRI Yos
Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan-354, KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI
Karel Satsuit Tubun-356. Sedangkan kelas Sigma (PKR 1054) terdiri dari KRI Raden
Eddy Martadinata-331) dan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 belum diserahterimakan ke
TNI AL.
2.4
Pariwisata
Usaha
sarana pariwisata dalam sistem transportasi laut adalah penyediaan akomodasi,
makanan dan minuman, angkutan wisata, sarana wisata dan kawasan pariwisata.
Termasuk di dalamnya semua fasilitas atau kelengkapan daerah tujuan wisata yang
di perlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dan menikmati perjalana
wisatanya, serta memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang beraneka ragam. Trasnportasi laut merupakan jenis transportasi yang
bergerak di dalam angkutan laut yang membawa wisatawan melalui jalur laut. Contohnya
kapal ferry dan kapal pesiar.
Sarana
pariwisata di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Sarana Pokok Pariwisata
Sarana
Pokok Pariwisata adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat
tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan.
b. Sarana Pelengkap Pariwisata
Sarana
Pelengkap Pariwisata adalah perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas
untuk rekreasi dan tujuan wisata.
c. Sarana Penunjang Pariwisata
Sarana
Penunjang Pariwisata adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan
sarana pokok yang berfungsi untuk membuat wisatawan betah di daerah tujuan
wisata.
Agar pariwisata dalam sistem transportasi
laut benar-benar menjadi salah satu penopang perekonomian negara secara
berkelanjutan, maka sistem pariwisata harus dibangun dengan strategi yang
terencana dan bervisi jangka panjang. Ada lima strategi agar sistem transportasi
laut dalam bidang wisata dapat meningkat.
1.
Pemerintah harus mengubah pendekatan dari sistem
birokrasi yang berbelit menjadi sistem pendekatan entrepreurial. Dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang
kebijakan harus meyiapkan sebuah regulasi/kebijakan yang mendukung pengembangan
sistem transportasi laut dalam bidang wisata.
2.
Perlu dilakukan pemetaan terhadap potensi pariwisata
yang dimiliki. Pemetaan dimaksud, yaitu berupa nilai, karakteristiknya,
infarstruktur pendukungnya, dan kemampuanya dalam menopang perekonomian. Dari
hasil pemetaan itu dapat ditentukan parawisata mana yang harus segera dibangun
dan mana yang hanya perlu direvitalisasi sehingga mampu mewujudkan sistem
transportasi laut yang baik untuk wisatawan.
3.
Penyusunan rencana investasi dan pembangunan atas
berbagai informasi setelah dilakukan pemetaan. Yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan ini adalah, bahwa yang dibangun tidak hanya tempat pariwisata saja,
tapi juga faktor pendukungnya seperti akses transportasi laut yang menjadi daya
tarik wisatawan asing maupun lokal dan telekomunikasi yang cukup baik sebagai
sarana trasportasi. Dengan demikian rencana pengembangan sistem transportasi
laut dalam bidang wisata dapat terukur dan tepat sasaran.
4.
Melakukan strategi pemasaran yang baik, seperti
pemasaran objek wisata di televisi-televisi internasional dan berbagai media
seperti internet, majalah dan pameran-pameran pariwisata di tingkat
internasional yang di dukung dengan sistem yang sudah baik.
5.
Menciptakan kualitas SDM yang tangguh di bidang
paraiwisata, baik skillnya, kemampuan dalam inovasi, adaptabilitas dalam
menghadapi berbagai perubahan lingkungan eksternal, budaya kerja dan tingkat
pendidikan serta tingkat pemahaman terhadap permasalahan strategis dan konsep
yang akan dilaksanakannya. Menciptakan fasilitas wisata yang baru misalnya
dengan menggunakan kapal untuk menuju tempat wisata atau sebagai transportasi
yang baik dan dapat di minati untuk pengembangan wisata.
2.4.1
Pembangunan
Pariwisata Berkelanjutan
Visi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) tidak lagi
berpusat pada pertumbuhan yang menekankan hasil ekonomi, tetapi pembangunan
yang lebih berpusat pada rakyat dengan mengutamakan pelestarian
alam dan budaya masyarakat (Korten,
2002: 54). Dari UUD 1945, UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, UU no. 11 tahun
2010 tenang cagar budaya, UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistem (SDHE), serta deklarasi pembangunan berkelanjutan, disebutkan bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya dapat
dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian dan memperhatikan prinsip keberlanjutan yang didasarkan azas manfaat
dan lestari, kerakyatan, kesejahteraan, keadilan, kebersamaan,
keterbukaan, dan keterpaduan.
Dalam
program pengembangan produk pariwisata, pemerintah memprioritaskan pada
pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan kelestarian sumber daya
alam dan budaya Indonesia. Indonesia dilihat dari kondisi
wilayahnya merupakan negara maritime yang memiliki ciri khas keaneka ragaman alam dan budaya bahari yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan
pendekatan pariwisata berkelanjutan dan minat khusus diharapkan dapat
meningkatkan pengembangan pariwisata tidak hanya yang berbasis darat (land based), tetapi juga mulai
mengoptimalkan yang berbasis laut (sea
based). Selain itu pendekatan new tourism telah melengkapinya melalui
deklarasi Piagam Pariwisata berkelanjutan yang berbunyi: “Pengembangan
pariwisata didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang secara ekologis harus
dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, etika
dan sosial masyarakat” (KLH, 1998).
Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa potensi kelautan yang mengandung nilai strategis selain perlu
dilestarikan juga perlu dikelola secara bijak agar bermanfaat bagi berbagai
kepentingan seperti ilmu pengetahuan, sosial budaya dan pariwisata.
2.4.2
Contoh Trasportasi Kapal Wisata Tradisional
(Traditional Cruise)
Aksesibilitas
dan mobilitas wisatawan ke daerah tujuan wisata akan sangat didukung oleh ketersediaan
infrastruktur transportasi, sebagai akses
bagi wisatawan untuk kemudahan menuju daerah tujuan wisata. Ini berarti, keterkaitan antara wisata bahari dan transportasi merupakan suatu hubungan yang mutlak
terjadi
terutama di Indonesia sebagai negara kepulauan.
Pergerakan manusia yang dilakukan dari daerah/negara satu ke daerah/negara lain
melibatkan transportasi sebagai sistem untuk mewujudkannya. Keterpisahan
daerah-daerah oleh lautan membutuhkan sarana dan prasarana angkutan laut dan
udara. Sedangkan keterpisahan daerah-daerah oleh hambatan geografis berupa
daratan juga membutuhkan sarana dan prasarana angkutan darat.
Salah satu sarana transportasi
laut yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata dan sekaligus dapat menjadi daya tarik wisata bahari, adalah sarana
transportasi berupa kapal tradisional yang menjadi bagian dari ciri khas budaya yang ada. Kapal tradisional dapat
menjadi kelengkapan sarana wisata untuk melayani
kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya ke daerah tujuan wisata, sekaligus menikmati salah
satu unsur kehidupan budaya bahari masyarakat setempat.
Kapal tradisional ini
merupakan Kapal kayu yang dibangun dan didesain secara tradisional berdasarkan
pengalaman si pembuatnya. Umumnya berukuran kecil dan digunakan untuk menangkap
ikan, mengangkut penumpang dan barang.
Walaupun semakin banyak kapal moderen seperti kapal ferry, dan super jet dari
besi atau fiber yang digunakan sebagai moda transportasi laut, namun kapal
tradisional ini hingga sekarang masih digunakan di beberapa wilayah Indonesia,
dan bahkan menjadi andalan dibidang
transportasi antar pulau. Bahkan
dapat dikatakan bahwa kapal tardisional sudah menjadi industry skala kecil di
bidang perkapalan dengan bahan kayu. Ciri khas kapal tradisional ini kebanyakan
mengunakan layar, kecepatannya rendah dan ukurannya mulai dari perahu kecil
yang disebut kelotok atau ketingting yang bisa memuat 10 penumpang, hingga bus
air berupa perahu panjang (long boat) yang bisa mengangkut puluhan penumpang.
2.5 Pengunaan Lainnya Dalam Sistim Transportasi
Laut
2.5.1
Sistem Transportasi Laut Dalam Peningkatan Penunjang Pembangunan Wilayah
Kepulau
Meningkatnya kinerja investasi yang diharapkan akan memacu
pertumbuhan ekonomi serta diharapkan dapat mengatasi masalah penggangguran dan
kemiskinan sampai saat ini masih belum juga terwujud. Menurut beberapa ekonom, lemahnya kinerja investasi
disebabkan oleh dua hal yaitu iklim investasi dan infrastruktur yang belum
mendukung dan cenderung buruk. Dalam tulisan ini akan difokuskan mengenai
rendahnya infrastruktur transportasi dalam kaitannya Indonesia sebagai negara
maritim dan kepulauan, mengingat Indonesia adalah negara yang 70% wilayahnya
berupa laut dan terdiri atas 18.000 pulau . Oleh karena itu transportasi merupakan masalah yang
penting, karena transportasi merupakan gerbang keterisolasian atas
wilayah-wilayah yang terpencil dan jauh dari pusat kegiatan ekonomi. Bahkan
selama ini pemerintah daerah yang wilayahnya berupa kepulaunan banyak
mengeluhkan kurangnya sarana transportasi baik transportasi laut maupun udara.
Padahal wilayah tersebut sebenarnya memiliki potensi perekonomian yang cukup
tinggi, seperti misalnya Propinsi Kepulaan Riau, Maluku Utara dan beberapa
propinsi lainya memiliki potensi perikanan dan kelautan yang besar. Namun
karena kurangnya sarana transportasi maka potensi yang ada tersebut belum
optimal di kembangkan. Sebagai contoh Maluku Utara memiliki luas potensi
budidaya rumput laut 35.000 ha yang jika dikembangkan akan menghasilkan sekitar
560.000 ton/th rumput laut kering dengan nilai ekonomi sekitar US$ 280 juta,
nilai ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada sarana pengangkutan untuk
ekspor maupun distribusi ke wilayah yang memiliki industri pengolahan rumput
laut.
Oleh karena itu sarana transportasi
merupakan sesuatu yang penting dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan
dan investasi. Jika di wilayah tersebut dibangun sarana transportasi maka
investor tidak akan segan-segan menamankan modalnya untuk pengembangan budidaya
rumput laut di Maluku Utara atau wilayah lain yang memiliki potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan. Dengan demikian
tujuan pembangunan transportasi (terutama transportasi laut) antar pulau-pulau
bagi bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan perhubungan laut sebagai urat
nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan, sarana
untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta sebagai penyedia lapangan kerja
dan penghasil devisa negara.
Pengadaaan infrastruktur
transortasi memiliki peran besar dalam perkembangan perekonomian bangsa
Indonesia. Dalam hal ini perhubungan laut berperan dalam memperlancar
perpindahan barang dan jasa dari satu pulau ke pulau yang lain, mempercepat
transaksi perdagangan dan proses ekspor dan impor dari suatu wilayah, baik
dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan data yang ada, hampir
80 % lebih proses perpindahan barang dan jasa antar pulau menggunakan
jasa perhubungan laut. Berdasarkan hal tersebut dapat kita bayangkan
bahwa sektor kegiatan perhubungan laut merupakan salah satu penunjang utama
dalam pergerakan ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanansuatu kawasan. Sektor transportasi sangat berpengaruh dalam mempercepat
pergerakan ekonomi di suatu wilayah, oleh karena itu perlu segera dibangun
infrastruktur transportasi terutama dalam penyelenggaraan perhubungan laut
sehingga akan terselenggara jaringan transportasi yang profesional dalam
melayani jasa transportasi di laut.
Begitu pentingnya peran
trasportasi, sehingga dapat dibayangkan bagaimana jadinya apabila jasa
transportasi antar pulau tidak berjalan atau berhenti, berapa banyakkerugian
materil maupun non-materil yang akan diderita baik oleh perorangan, swasta,
pengusaha, BUMN maupun lembaga pemerintah.
Oleh karena itu, perlu disiapkan
segera infrastruktur transportasi sehingga pendayagunaan potensi ekonomi di
wilayah kepulauan dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk dapat mewujudkan hal
tersebut maka perlu dilakukan terobosan untuk membangun infrastruktur
transportasi dan salah satunya adalah dengan kerjasama saling menguntungkan
antara pemerintah dan swasta, hal ini dilakukan dalam mengatasi masalah
minimnya anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Langkah pembangunan
infrastruktur perlu mendapat dukungan dari seluruh stakeholders baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Dengan demikian akan segera
terwujud infrastruktur transportasi yang memadai sehingga perekonomian di
wilayah kepulauan dapat segera berkembang sehingga masalah penggangguran dan
kemiskinan dapat segera teratasi.
2.6
Kondisi yang dihadapkan
transportasi laut di Indonesia di masa mendatang.
2.6.1
Masa Depan Transportasi Laut Indonesia
Proyeksi
dalam Study on the Development of Domestic Sea Transportation and Maritime
Industry in the Republic of Indonesia (Stramindo) – JICA (2003) Gambaran suram
tentang transportasi maritim Indonesia bagai mendung yang menutupi matahari.
Potensi yang ada sangat besar, sehingga masa depan sebenarnya bisa lebih cerah.
Terlihat dari hasil kajian Stramindo yang memproyeksikan pembangunan
transportasi maritim Indonesia untuk 20 tahun ke depan (20042024).
Stramindo
memprediksi bahwa dalam periode 20 tahun ke depan (20042024), volume dry cargo
akan berlipat 2.8 kali, volume liquid cargo berlipat 1.4 kali, dan secara
keseluruhan volume angkutan domestik akan berlipat 2 kali. Jenis muatan yang
paling pesat pertumbuhannya adalah kargo kontener. Volumenya akan berlipat 5.2
kali, dari 11 juta ton (2004) menjadi 59 juta ton (2024). Pertumbuhan dry cargo
sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan ekonomi, dan tidak terlalu bergantung
pada ketersediaan sumberdaya alam. Tingkat produksi minyak saat ini akan
terhenti pada tahun 2006, seperti diperkirakan oleh Pemerintah. Di masa 20
tahun ke depan, volume angkutan minyak akan menurun, sekalipun konsumsi
bertambah. Struktur logistik minyak akan berubah, sebagian volume domestik
minyak mentah akan diganti dengan impor minyak.
Sebagai
akibatnya, pertumbuhan volume angkutan liquid-cargo (yang didominasi minyak)
tidak sepesat dry-cargo. Pertumbuhan volume penumpang (transportasi maritim
maupun udara) akan sejalan dengan pertumbuhan GDP. Tapi GDP yang semakin tinggi
hanya berpengaruh positif terhadap transportasi udara, dan berpengaruh negatif
terhadap transportasi laut. Karena itu diprediksi proporsi lautudara akan
berubah dari 60-40 (2001) menjadi 51-49 (2024) dengan tingkat pertumbuhan
rendah 1.5 kali lipat. Proyeksi pertumbuhan volume muatan barang dan penumpang
domestik yang menggunakan transportasi maritime
Pertumbuhan
volume muatan domestik membutuhkan penambahan kapasitas armada tranportasi
maritim domestik. Tapi perkiraan penambahan kapasitas dipengaruhi beberapa hal,
antara lain pertumbuhan pangsa pasar, atau tingkat produktivitas. Stramindo
menargetkan perbaikan tingkat produktivitas kapal drycargo, yaitu dari 7,649
ton-miles/DWT (2001) menjadi 10,000 ton-miles/DWT (2024). Hal ini bisa
dilakukan melalui berbagai peningkatan dan penyempurnaan di berbagai bidang, antara
lain seperti: peningkatan volume muatan, karena ekstensifikasi kontenerisasi;
peningkatan kecepatan kapal, karena penggunaan armada yang berumur lebih muda;
penambahan jumlah hari produktif (commissionable days), karena perbaikan
manajemen kapal; pemangkasan waktu tunggu di pelabuhan, karena perbaikan manajemen
pelabuhan dan sebagainya.
Disamping
itu, Stramindo mengasumsikan pembesaran pangsa dari 60% (2001) menjadi 86%
(2014) dan 100% (2024). Target pangsa pasar armada domestik ini bisa dicapai
melalui kebijakan penerapan bertahap asas cabotage, dengan tujuan membentuk
armada yang berdayasaing tinggi. Berdasarkan data tahun 2001, kapasitas armada
nasional adalah 7.1 juta DWT/GT dengan umur rata-rata 21 tahun. Pada akhir
dasawarsa pertama, tahun 2014, kekuatan armada nasional untuk pelayaran
domestik bisa mencapai 86% besaran proyeksi akhir, dengan penambahan kapasitas
3.4 juta DWT. Hal ini hanya bisa dicapai dengan penerapan cabotage pada 7
komoditi terpilih (minyak bumi, minyak sawit, batubara, pupuk, kayu, beras, dan
karet). Selain tetap mempertahankan cabotage seperti yang ada sekarang, dan
penggantian kapal tua. Pada akhir dasawarsa kedua, tahun 2024, jika modernisasi
kapal dan manajemen pelayaran berhasil dilakukan secara gradual dan penerapan sepenuhnya
prinsip cabotage, kapasitas armada pelayaran domestik akan bertambah 3.2 juta
DWT sehingga mencapai 13.1 juta DWT untuk kargo dan 0.7 juta GT untuk penumpang
(atau 14.4 juta DWT/GT) dengan umur rata-rata 14 tahun Berdasarkan proyeksi
kapasitas armada pelayaran tersebut di atas, diperlukan investasi sebesar Rp
54.5 trilyun untuk pengadaan armada kapal dalam periode 2004-2014, dan sebesar
Rp 75,3 trilyun dalam periode berikutnya, 2015-2024. Pengadaan 4,617 kapal
dalam periode selama 20 tahun membutuhkan dana total sebesar Rp 130 trilyun
(US$15.3 milyar), atau sama dengan 8% GDP Indonesia tahun 2002.
Karena
keterbatasan anggaran pemerintah, JICA merekomendasikan agar Pemerintah
Indonesia mencari pinjaman sebesar Rp 2.8 trilyun dari Official Development
Assistance (ODA) melalui program pembangunan pelayaran antar-pulau
(interinsuler), untuk memenuhi 10% investasi domestik dalam periode 2005-2009.
Melalui investasi peremajaan dan modernisasi armada transportasi maritim,
diperkirakan ekonomi Indonesia akan menikmati multiplier-effect senilai Rp
251.3 trilyun pada tahun 2024. Patut digarisbawahi, bahwa selain beberapa
asumsi dasar umum (misalnya pertumbuhan GDP), proyeksi tersebut di atas disusun
dengan mengandaikan keberhasilan pembenahan di beberapa bidang. Pada dasarnya
pembenahan tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas dan menciptakan iklim investasi
yang kondusif untuk industri pelayaran. Proyeksi di atas akan berhenti hingga
sebatas kertas, tanpa pembenahan yang disarankan.
Pada tahap
awal, proyeksi dalam Study on Development of Domestic Sea Transportation and
Maritime Industry in the Republic of Indonesia ini dapat dipergunakan untuk
memaparkan potensi besar industri transportasi maritim, yang disusun berdasarkan
kondisi faktual saat ini.
2.6.2
Hal Yang Harus
Dilakukan Pemerintah
Untuk
meningkatkan industri
maritim di Indonesia ada beberapa hal perlu dilakukan oleh pemerintah
1. Menyarankan
dikeluarkannya peraturan pemerintah yang melarang pembangunan kapal baru s/d
3000 DWT dan reparasi kapal s/d 15.000 BRT di luar negeri.
2. Mengintegrasikan secara
nasional industri perkapalan yang terdiri dari galangan-galangan kapal,
perusahaan-perusahaan penunjang galangan kapal serta industri perlengkapannya.
3. Membentuk pusat-pusat
pengembangan industri perkapalan dengan mengembangkan industri perkapalan yang
telah ada di Palembang, Jakarta, Surabaya serta ujung pandang. Adapun
pusat-pusat pengembangan ini nantinya diharapkan dapat mendorong
industri-industri kapal yang ada di sekitarnya.
4. Mengembangkan industri pendukung
industri perkapalan sehingga secara bertahap mengurangi
ketergantungan bahan baku impor.
5. Mengadakan sistem penyediaan
material.
6. Mengembangkan investasi pada
perusahaan pelayaran berbendera Indonesia.
Bertambahnya aktifitas berbagai industri galangan kapal di Indonesia
tentunya akan memacu pertumbuhan industri terkait lainnya. Dengan demikian
dapat menciptakan atau menumbuhkan lapangan kerja lebih banyak yang dapat
menyerap tenaga kerja lebih banyak juga. Dengan demikian dapat memberikan
berbagai dampak positif yaitu:
·
Mengurangi jumlah pengangguran.
·
Meningkatkan taraf ekonomi masyarakat karena pendapatan
bertambah.
·
Dapat meningkatkan pemasukan pajak terutama pajak penghasilan
(Pph) yang diperkirakan jumlahnya
melebihi pajak pertambahan nilai (Ppn).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
kondisi geografi Indonesia maka peran Transportasi di Indonesia memacu pada
transportasi pada bidang perhubungan laut. Namun kemampuan pelayaran
dan armada nasional dalam meraih pangsa muatan masih sangat lemah dan semakin
menurun dalam kurun waktu tahun – tahun terakhir ini bahkan armada nasional
hanya mampu meraih 50% dari total muatan dalam negeri dan sekitar 2% dari muatan
luar negeri, selain itu total muatan masih dikuasai oleh armada-armada berbendera
asing.
Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu
daerah dengan daerah lainnya memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan
barang untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sementara adanya
perpindahan atau pergerakan (movement) dari penumpang dan barang
merupakan dasar terjadinya perdagangan.Adannya bisnis perdagangan baik di dalam
maupun luar negeri (Export & Import) mempengaruhi permintaan jasa
angkutan laut di Indonesia karena angkutan laut menjadi pilihan sebagian besar
masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas pengiriman barang.
Sistem transportasi merupakan
sesuatu yang penting dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan dan
investasi. Jika di wilayah tersebut dibangun sarana transportasi maka investor
tidak akan segan-segan menamankan modalnya untuk pengembangan
3.2 Saran
Untuk kedepannya sebaiknya negara kita memperbaiki
sitem transportasi dan fasilitas serta konstruksi yang mampu bersaing nantinya
di dunia serta mengedepankan penguatan konektifitas antar pulau terutama pulau–pulau
terluar dan pulau yang dekat dengan pulau negara lain merupakan salah satu
strategi perluasan dan percepatan dalam pembangunan dalam negeri. Konektifitas
ini hanya bisa terwujud apabila transportasi laut di negara kita terus
diperankan secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
riset.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2014/12/Jurnal-PDP-2014-JEMI.PDF.pdf
2. ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/download/3625/2654
3. http://pmtcargo.com/peluang-indonesia-dalam-bidang-transportasi-laut/
4.
Rifai, Achmad “Perkembangan Industri
Perkapalan Atau Maritim Nasional”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar