Senin, 12 Desember 2016

Sistem Transportasi Laut di Indonesia

SISTEM TRANSPORTASI LAUT DI INDONESIA

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem transportasi laut

 

Disusun Oleh:
KELOMPOK III
1.      REINHARD JEKSEN NABABAN
      NIM : 140120201001
2.      SYAHRIL ARIFIN
      NIM : 140120201020
3.      DEDI PANDU WINATA
      NIM : 140120201044
4.      ZARWIN
      NIM  : 140120201046



KONSENTRASI ELEKTRONIKA PERKAPALAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul “Sistem Transportasi Laut Di Indonesia” disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Transportasi Laut serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca. 

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman yang telah membantu pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat khususnya bagi penulis dan orang lain yang telah membaca makalah kami. 

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.






Tanjungpinang, 13 November 2016

                                                                                                      Penulis 
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………......................1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………….........................2
1.3. Isu Permasalahan...……………………………………………………............2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Permintaan Transportasi Laut di Indonesia........................................................3
2.1.1 Demand Transportasi Laaut di Indonesia……..........................................4
2.2. Perdagangan (impor dan ekspor-sumber daya alam atau produk yang    diproduksi).……......................................................................................................6
2.1.1 Ekspor dan Impor…................................……..........................................8
2.1.2 Kegiatan Ekspor dan Impor Indonesia....……..........................................9
2.1.2.1 Keadaan Impor di Indonesia ....……...............................................11
2.3. Pertahanan (lingkungan politik).......................................................................13
2.4. Pariwisata ........................................................................................................14
2.4.1   Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan................................................16
2.4.2 Contoh Trasportasi Kapal Wisata Tradisional (Traditional Cruise) .......17
2.5 Pengunaan Lainnya Dalam Sistim Transportasi Laut.......................................18
2.5.1 Sistem Transportasi Laut Dalam Peningkatan Penunjang Pembangunan Wilayah Kepulau..............................................................................................18
2.6 Kondisi yang dihadapkan transportasi laut di Indonesia di masa mendatang...21
2.6.1 Masa Depan Transportasi Laut Indonesia...............................................21
2.6.2 Hal Yang Harus Dilakukan Pemerintah..................................................23
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. .......25
3.2. Saran................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.              LATAR BELAKANG

Indonesia dengan letak geografis yang sangat strategis memiliki bentangan laut yang luas hingga 2/3 wilayah dari keseluruhan wilayah NKRI. Indonesia perlu menempatkan diri sebagai leader, dan menciptakan kebijakan nasional yang berdasarkan pada kondisi geografis yang dimiliki. Dengan kondisi geografis yang demikian, maka peranan transportasi laut bagi Indonesia adalah sangat strategis dan vital, tidak hanya dari aspek ekonomi, tetapi juga dari aspek ideologi, politik, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
Dari aspek ekonomi, sektor transportasi laut berperan dalam menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya sehingga aktivitas perekonomian dapat berjalan secara lancar. Di samping itu, sektor transportasi laut berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi daerah-daerah tertinggal dan sebagai sarana penunjang perekonomian bagi daerah-daerah yang telah berkembang.
Dari aspek ideologi dan politik, sektor transportasi laut berperan dalam menjaga integritas bangsa dan keutuhan  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di samping sebagai sarana mendukung pelaksanaan.
Untuk itulah sektor transportasi laut sangat penting bagi Indonesia dan pemerintah serta stakeholder industri perkapalan dan juga turut andil dalam memajukan industri maritim demi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dimasa mendatang.

1.2.     RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada makalah kali ini membahas mengenai kondisi sistem transportasi laut di Indonesia.

1.3.      ISU PERMASALAHAN

1.      Permintaan transportasi laut di indonesia.
2.      Perdagangan (impor dan ekspor-sumber daya alam atau produk yang diproduksi).
3.      Pertahanan (lingkungan politik).
4.      Pariwisata
5.      Pengunaan lauinnya dalam sistim transportasi laut
6.      Kondisi yang dihadapkan transportasi laut di Indonesia di masa mendatang.












BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Permintaan Transportasi Laut Di Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki wilayah seluas 7,7 juta Km2, dengan luas lautan 2/3 wilayah Indonesia, dan garis pantai terpanjang ke empat di dunia sepanjang 95.181 km, serta memiliki 17.480 pulau mempunyai potensi ekonomi pada jasa transportasi laut (pelayaran) yang sangat besar, karena sudah tidak dapat dielakkan lagi bahwa transportasi laut (kapal) merupakan sarana transportasi utama guna menjangkau dan menghubungkan pulau-pulau di wilayah nusantara sehingga menciptakan konektifitas antar pulau di Indonesia. Karena sangat vitalnya transportasi bagi perekonomian, maka transportasi laut harus dikembangkan dengan baik dan benar untuk menunjang pertumbuhan perekonomian. Jika transportasi laut terganggu, maka perekonomian nasional juga akan ikut terganggu. Salah satu strategi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional adalah dengan mengedepankan penguatan konektifitas antar pulau terutama pulau-pulau terluar. Konektifitas ini hanya bisa terwujud apabila transportasi laut di negara kepulauan terus diperankan secara signifikan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayah daratannya di pisahkan oleh wilayah perairan yang sangat luas, sehingga peran transportasi laut sangatlah penting dalam menghubungkan semua wilayah di Indonesia. Fungsi transportasi laut pada dasarnya adalah untuk mengangkut penumpang atau barang dari satu tempat ke tempat lain yang dipisahkan oleh wilayah perairan. Dengan adannya transportasi laut maka dapat membantu terciptanya pola distribusi nasional. Namun, untuk dapat mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu sistem transprortsi laut yang efektif, efisien dan aman. Perpindahan atau pergerakan (movement) dari penumpang dan barang merupakan dasar terjadinya perdagangan. Melalui sarana tranportasi laut, bahan baku maupun barang hasil produksi dari satu daerah dapat dipasarkan ke daerah lain. Indonesia, sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, sangat membutuhkan angkutan laut yang dapat menjangkau seluruh wilayahnya. 

2.1.1        Demand Tranportasi Laut di Indonesia
Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu daerah dengan daerah lainnya memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan barang untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sementara adanya perpindahan atau pergerakan (movement) dari penumpang dan barang merupakan dasar terjadinya perdagangan.Adannya bisnis perdagangan baik di dalam maupun luar negeri (Export & Import) mempengaruhi permintaan jasa angkutan laut di Indonesia karena angkutan laut menjadi pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas pengiriman barang. Produksi angkutan laut Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, seiring meningkatnya produksi laut Indonesia maka jumlah mutan yang tersedia untuk angkutan laut juga semakin bertambah setiap tahunnya, seperti terlihat pada grafik berikut ini: 

Gambar 1 Jumlah Produksi Angkutan Laut Indonesia (Source: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)

Seperti terlihat pada grafik tersebut setiap tahunnya produksi angkutan laut Indonesia terus meningkat baik untuk di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan produksi angkutan laut yang meningkat jumlah muatan yang tersedia untuk angkutan laut juga meningkat pada setiap tahunnya pada akhir tahun 2009 jumlah total muatan yang tersedia mencapai 836,668,838 ton. Pertumbuhan produksi angkutan laut Indonesia, seperti tampat pada grafik 2 dibawah ini:

              
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Produksi Angkutan Laut Indonesia (Source: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)
       Meskipun sempat turun pada tahun 2006 – 2008 karena krisis ekonomi yang terjadi di dunia, namun tidak sampai minus (-) dan pada akhirnya pertumbuhan produksi angkutan laut Indonesia kembali naik pada tahun 2009 seiring membaiknya perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan mencapai 7.43%. Permintaan akan jasa transportasi laut tidak hanya terbatas pada pengiriman barang tetapi juga pada jasa penyeberangan penumpang. Mengingat indonesia adalah negara kepulauan yang wilayah daratannya dipisahkan oleh wilayah lautan yang luas, maka dibutuhkan jasa penyeberangan dengan angkutan laut. Permintaan akan jasa penyeberangan dengan transportasi laut bisa dikatakan sangat tinggi, terlihat dengan banyaknya jumlah penumpang pada setiap tahunnya.

Gambar 3. Jumlah Penumpang Transportasi Laut di Indonesia (Source: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009) 
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan (demand) akan transportasi laut. Faktor-faktor tersebut, antara lain:
1.              Faktor Ekonomi
a.       Perkembangan GDP (Gross Domestik Product) suatu negara.
b.      Kondisi perdagangan di dalam dan luar negeri.
c.        Kebijakan ekonomi (tarif pajak, bunga dll) yang dikeluarkan.
d.      Struktur ekonomi.
2.              Faktor Politik
a.       Terjadinya peperangan.
b.      Adannya aliansi politik (MEC, APEC, ASEAN dll).
c.       Preference terhadap negara tertentu.
3.              Faktor Teknologi
a.       Teknologi transportasi laut.
b.      Teknologi telekomunikasi. 

2.2  Perdagangan (impor dan ekspor-sumber daya alam atau produk yang diproduksi).
Menurut definisinya, transportasi berarti kegiatan memindahkan atau mengangkut barang dan orang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan (Origin-Destination Travel). Barang yang diangkut adalah untuk memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat (konsumsi) atau barang yang dimaksud digunakan sebagai bahan baku untuk meng-hasilkan produk akhir (produksi). Sedangkan orang yang menggunakan jasa transportasi adalah untuk bekerja, berdagang, menghadiri pertemuan/diskusi, atau melakukan kegiatan lainnya. Jelaslah, bahwa kegiatan transportasi terkait erat dengan kegiatan-kegiatan sektor lainnya. Kegiatan transportasi digunakan untuk membantu kegiatan sector lain. Transportasi dikatakan sebagai fasilitas yang membantu (supporting facility) sektor-sekttor lain, yang berarti transportasi itu mempu-nyai fungsi yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian dan pembangunan.  Selanjutnya, penting dijelaskan tentang fungsi transportasi dalam perekonomian dan pembangunan. Fungsi utama transportasi ada dua, yaitu (1) sebagai penunjang (servicing facility)dan (2) sebagai pendorong atau pendukung (promoting facility), (M.N. Nasution, 1996). Pertama, transportasi berfungsi sebagai penunjang(servicing facility) dimaksudkan jasa transportasi itu melayani pengernbangan kegiatan sektor-sektor lain yaitu sektor-sektor pertanian, industry perdagangan pendidikan, kesehatan, pariwisata, transmigrasi dan lainnya. Contoh, pembangunan prasarana/jalan yang mulus dan tersedianya sarana angkutan yang cukup, akan dimanfaatkan untuk mengangkut berbagai komoditas hasil pertanian dari daerah pedesaan ke pasar-pasar di perkotaan secara lancar dan tepat waktu sampai kepada konsumen, sehingga harganya tinggi, hal ini menguntungkan pihak pedagang dan petani produsen. Selanjutnya petani produsen akan meningkatkan produksinya, dan pedagang akan bertambah besar volume kegiatannya. Jelaslah, bahwa pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang pengernbangan kegiatan sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Contoh lain, jasa transportasi mengangkut bahan baku dari sumber bahan baku, dikirim ke lokasi pabrik/industri, setelah diolah menjadi produk akhir didistribusikan ke berbagai daerah permasaran, maka dapat dikatakan bahwa jasa transportasi menunjang pengernbangan kegiatan sektor industri. Demikian pula dalam sektor pendidikan dan sektor kesehatan, tersedianya prasarana jalan menuju ke daerah-daerah pedesaan, maka pelayanan pendidikan dan kesehatan dapat dilaksanakan ke seluruh daerah pedesaan yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Jasa transportasi dapat pula menunjang pengernbangan kegiatan sektor pariwisata dan sektor transmigrasi, melalui pelayanan pengangkutan para wisatawan menuju ke dan dari obyek wisata, serta pengangkutan para transmigran dari daerah asalnya menuju ke daerah transmigrasi. Contoh-contoh di atas menunjukkan pelaksanaan fungsi transportasi sebagai fasilitas yang melayani kegiatan sektor-sektor lain, sebagai sektor penunjang yang melayani pengembangan kegiatan-kegiatan di luar sektor transportasi.
2.2.1        Ekspor dan Impor
Ekspor adalah kegiatan menjual barang atau jasa ke luar negeri. Orang yang melakukan kegiatan ekspor disebut dengan eksportir. Adapun barang yang dijual dikenal sebagai barang ekspor. Melimpahnya sumber daya alam suatu negara melatar belakangi kegiatan ekspor. Sebagai contoh
negara Indonesia melimpah akan minyak bumi dan hasil pertanian. Selain untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri, sebagian juga diekspor ke luar negeri.
Sistem transportasi dalam bidang ekspor ini mampu meningkatkan perekonomian negara serta menambah devisa negara. Dengan adanya ekspor ini negara Indonesia mampu memperbaiki sistem ketatanan transportasi untuk mengirim barang keluar.
Impor merupakan kebalikan dari ekspor. Impor adalah kegiatan membeli barang dari luar negeri. Orang yang melakukan kegiatan impor disebut sebagai importir. Adapun barang yang dibeli dari luar negeri disebut barang impor. Keterbatasan sumber daya alam dan sumber daya manusia menjadi alasan dilakukan impor. Contohnya adalah Indonesia belum bisa memproduksi barang-barang elektronik dan barang otomotif seperti mobil, sepeda motor, dan lain-lain. Oleh karena itu, Indonesia mengimpor barang-barang tersebut dari negara lain. Kegiatan ekspor dan impor dilakukan melalui pelabuhan laut. Salah satu pelabuhan di Indonesia yang menjadi tempat kegiatan ekspor dan impor adalah pelabuhan Tanjung Priok. Dengan adanya sistem transportasi di indonesia diharapkan dapat memperbaiki sistem ekspor dan impor dalam dunia perdagangan.

2.2.2        Kegiatan Ekspor dan Impor Indonesia
Negara Indonesia kaya akan sumber daya alam. Terutama hasil tambang dan hasil pertanian. Hasil tambang dan hasil pertanian sebagian untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Sebagian diekspor ke luar negeri. Indonesia masih mempunyai keterbatasan di bidang sumber daya manusia. Terutama untuk memproduksi barang-barang elektronik dan barang barang otomotif. Oleh karena itu, Indonesia mengimpor barang-barang tersebut dari negara lain. Kegiatan ekspor dan impor bisa berupa barang dan jasa. Berikut ini barang serta jasa yang diekspor dan diimpor oleh Indonesia. Barang yang diekspor oleh Indonesia terdiri atas dua macam. Di antaranya barang migas dan nonmigas. Barang migas berupa minyak dan gas bumi. Adapun barang nonmigas, yaitu hasil pertanian, hasil industri, dan hasil tambang (selain minyak dan gas bumi). Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak bumi. Negara Indonesia tergabung ke dalam perhimpunan negara-negara pengekspor minyak bumi atau OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). Hasil industri Indonesia yang diekspor, antara lain rokok, kertas, suku cadang telkom, tekstil dan pakaian jadi, semen, pupuk, kayu lapis, kerajinan kulit, ukir ukiran, dan anyaman rotan. Barang-barang hasil perkebunan yang diekspor, antara lain tembakau, teh, karet, kelapa sawit, kopra, lada, cokelat, kopi, cengkih, dan pala.Barang-barang hasil hutan yang diekspor Indonesia, yaitu rotan, kayu, dan damar. Adapun hasil laut yang diekspor Indonesia, antara lain udang, ikan segar, dan ikan kaleng.



Gambar 4. Tabel ekspor barang ke negara lain
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71 persen terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20 persen.
Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80 miliar (12,80 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar (11,57 persen), dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen).
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.
2.2.2.1 Keadaan impor di Indonesia
Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor.Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk  impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu. Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lan adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barng industri antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.
 Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12 persen.

Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15 persen, besi dan baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27 persen. Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70 persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan. Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor nonmigas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar USD1,78 miliar. Angka tersebut mengalami defisit sebesar USD9,3 juta atau 0,52 persen dibanding September 2008.
Sementara itu, dari total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode tersebut sebesar USD64,62 miliar atau 76,85 persen berasal dari 12 negara utama, yaitu China sebesar USD12,86 miliar atau 15,30 persen, diikuti Jepang sebesar USD12,13 miliar (14,43 persen). Berikutnya Singapura berperan 11,29 persen, Amerika Serikat (7,93 persen), Thailand (6,51 persen), Korea Selatan (4,97 persen), Malaysia (4,05 persen), Australia (4,03 persen), Jerman (3,19 persen), Taiwan (2,83 persen), Prancis (1,22 persen), dan Inggris (1,10 persen). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22 persen dan dari Uni Eropa 10,37 persen.

2.3  Pertahanan (lingkungan politik).
Strategi pertahanan laut, dan konsep terkait strategi maritim, berkaitan dengan strategi keseluruhan untuk mencapai kemenangan di laut, termasuk perencanaan dan pelaksanaan kampanye, gerakan dan disposisi dari angkatan laut dengan mencari keuntungan dari pertempuran di suatu tempat nyaman, dan penipuan dari musuh. Taktik angkatan laut berkaitan dengan pelaksanaan rencana dan manuver armada laut dalam pertempuran. Sebuah kekuatan angkatan laut merupakan komando laut yang kuat sehingga musuh tidak dapat menyerang secara langsung. Laut juga disebut kontrol, dominasi ini mungkin berlaku untuk perairan sekitarnya (yaitu pesisir) atau dapat memperpanjang jauh ke lautan, yang berarti negara memiliki angkatan laut setara superioritas udara. Dengan komando laut, sebuah negara (atau aliansi) dapat memastikan bahwa kapal militer dan kapal dagang bisa bergerak leluasa, sementara para pesaingnya, baik dipaksa untuk tinggal di pelabuhan atau mencoba untuk menghindar wilayah kekuasaan. Yang paling terkenal, Angkatan Laut Kerajaan Inggris memegang komando laut selama periode panjang dari abad ke-18 sampai awal abad ke-20, memungkinkan Inggris dan sekutu-sekutunya untuk melakukan perdagangan dan untuk memindahkan pasukan serta persediaan (logistik) dengan mudah pada masa perang, sementara musuh-musuhnya tidak dapat melakukannya. Sebagai contoh, Inggris mampu memblokade Perancis selama Peran NapoleonAmerika Serikat selama Perang tahun 1812, dan Jerman selama Perang Dunia I. Beberapa angkatan laut dapat beroperasi sebagai angkatan laut, tapi "banyak Negara-negara yang mengkonversi angkatan laut dari “Green water” ke “Blue water” dan ini akan meningkatkan penggunaan militer Zona Ekonomi Eksklusif asing [zona pesisir sampai 200 mil laut (370 km)] dengan kemungkinan reaksi untuk rezim ZEE. Berdasarkan informasi dari globalfirepower.com, jumlah armada yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) berjumlah 221 unit. Jumlah tersebut terbagi menjadi 8 kapal frigat, 25 kapal korvet, 2 kapal selam, 66 kapal patroli dan 12 penyapu ranjau. Ada dua jenis kapal frigat yang dimiliki Indonesia, antara lain Kelas Ahmad Yani dan Kelas Sigma. Kapal-kapal tersebut antara lain KRI Ahmad Yani-351, KRI Slamet Riyadi-352, KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan-354, KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Karel Satsuit Tubun-356. Sedangkan kelas Sigma (PKR 1054) terdiri dari KRI Raden Eddy Martadinata-331) dan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 belum diserahterimakan ke TNI AL.



2.4  Pariwisata
Usaha sarana pariwisata dalam sistem transportasi laut adalah penyediaan akomodasi, makanan dan minuman, angkutan wisata, sarana wisata dan kawasan pariwisata. Termasuk di dalamnya semua fasilitas atau kelengkapan daerah tujuan wisata yang di perlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dan menikmati perjalana wisatanya, serta memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Trasnportasi laut merupakan jenis transportasi yang bergerak di dalam angkutan laut yang membawa wisatawan melalui jalur laut. Contohnya kapal ferry dan kapal pesiar.
Sarana pariwisata di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a.       Sarana Pokok Pariwisata
Sarana Pokok Pariwisata adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan.
b.      Sarana Pelengkap Pariwisata
Sarana Pelengkap Pariwisata adalah perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi dan tujuan wisata.
c.       Sarana Penunjang Pariwisata
Sarana Penunjang Pariwisata adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok yang berfungsi untuk membuat wisatawan betah di daerah tujuan wisata.
      Agar pariwisata dalam sistem transportasi laut benar-benar menjadi salah satu penopang perekonomian negara secara berkelanjutan, maka sistem pariwisata harus dibangun dengan strategi yang terencana dan bervisi jangka panjang. Ada lima strategi agar sistem transportasi laut dalam bidang wisata dapat meningkat.
1.      Pemerintah harus mengubah pendekatan dari sistem birokrasi yang berbelit menjadi sistem pendekatan entrepreurial.  Dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus meyiapkan sebuah regulasi/kebijakan yang mendukung pengembangan sistem transportasi laut dalam bidang wisata.
2.      Perlu dilakukan pemetaan terhadap potensi pariwisata yang dimiliki. Pemetaan dimaksud, yaitu berupa nilai, karakteristiknya, infarstruktur pendukungnya, dan kemampuanya dalam menopang perekonomian. Dari hasil pemetaan itu dapat ditentukan parawisata mana yang harus segera dibangun dan mana yang hanya perlu direvitalisasi sehingga mampu mewujudkan sistem transportasi laut yang baik untuk wisatawan.
3.      Penyusunan rencana investasi dan pembangunan atas berbagai informasi setelah dilakukan pemetaan. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ini adalah, bahwa yang dibangun tidak hanya tempat pariwisata saja, tapi juga faktor pendukungnya seperti akses transportasi laut yang menjadi daya tarik wisatawan asing maupun lokal dan telekomunikasi yang cukup baik sebagai sarana trasportasi. Dengan demikian rencana pengembangan sistem transportasi laut dalam bidang wisata dapat terukur dan tepat sasaran.
4.      Melakukan strategi pemasaran yang baik, seperti pemasaran objek wisata di televisi-televisi internasional dan berbagai media seperti internet, majalah dan pameran-pameran pariwisata di tingkat internasional yang di dukung dengan sistem yang sudah baik.
5.      Menciptakan kualitas SDM yang tangguh di bidang paraiwisata, baik skillnya, kemampuan dalam inovasi, adaptabilitas dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan eksternal, budaya kerja dan tingkat pendidikan serta tingkat pemahaman terhadap permasalahan strategis dan konsep yang akan dilaksanakannya. Menciptakan fasilitas wisata yang baru misalnya dengan menggunakan kapal untuk menuju tempat wisata atau sebagai transportasi yang baik dan dapat di minati untuk pengembangan wisata.
2.4.1        Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Visi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) tidak lagi berpusat pada pertumbuhan yang menekankan hasil ekonomi, tetapi pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat dengan mengutamakan pelestarian alam dan budaya masyarakat (Korten, 2002: 54). Dari UUD 1945, UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, UU no. 11 tahun 2010 tenang cagar budaya, UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (SDHE), serta deklarasi pembangunan berkelanjutan, disebutkan bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian dan memperhatikan prinsip  keberlanjutan yang didasarkan azas manfaat dan lestari, kerakyatan, kesejahteraan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.
                Dalam program pengembangan produk pariwisata, pemerintah memprioritaskan pada pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan kelestarian sumber daya alam dan budaya Indonesia. Indonesia dilihat dari kondisi wilayahnya merupakan negara maritime yang memiliki ciri khas keaneka ragaman alam dan budaya bahari yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan pendekatan pariwisata berkelanjutan dan minat khusus diharapkan dapat meningkatkan pengembangan pariwisata tidak hanya yang berbasis darat (land based), tetapi juga mulai mengoptimalkan yang berbasis laut (sea based). Selain itu pendekatan new tourism telah melengkapinya melalui deklarasi Piagam Pariwisata berkelanjutan yang berbunyi: “Pengembangan pariwisata didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang secara ekologis harus dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, etika dan sosial masyarakat” (KLH, 1998).
            Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi kelautan yang mengandung nilai strategis selain perlu dilestarikan juga perlu dikelola secara bijak agar bermanfaat bagi berbagai kepentingan seperti ilmu pengetahuan, sosial budaya dan pariwisata.
2.4.2        Contoh Trasportasi Kapal Wisata Tradisional (Traditional Cruise)
Aksesibilitas dan mobilitas wisatawan ke daerah tujuan wisata akan sangat didukung oleh ketersediaan infrastruktur transportasi, sebagai akses bagi wisatawan untuk kemudahan menuju daerah tujuan wisata. Ini berarti, keterkaitan antara wisata bahari dan transportasi merupakan suatu hubungan yang mutlak terjadi terutama di Indonesia sebagai negara kepulauan. Pergerakan manusia yang dilakukan dari daerah/negara satu ke daerah/negara lain melibatkan transportasi sebagai sistem untuk mewujudkannya. Keterpisahan daerah-daerah oleh lautan membutuhkan sarana dan prasarana angkutan laut dan udara. Sedangkan keterpisahan daerah-daerah oleh hambatan geografis berupa daratan juga membutuhkan sarana dan prasarana angkutan darat.
Salah satu sarana transportasi laut yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata dan sekaligus dapat menjadi daya tarik wisata bahari, adalah sarana transportasi berupa kapal tradisional yang menjadi bagian dari ciri khas budaya yang ada. Kapal tradisional dapat menjadi kelengkapan sarana wisata untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya ke daerah tujuan wisata, sekaligus menikmati salah satu unsur kehidupan budaya bahari masyarakat setempat.
Gambar 5. Trasportasi Kapal Wisata Tradisional (Traditional Cruise)

Kapal tradisional ini merupakan Kapal kayu yang dibangun dan didesain secara tradisional berdasarkan pengalaman si pembuatnya. Umumnya berukuran kecil dan digunakan untuk menangkap ikan, mengangkut penumpang  dan barang. Walaupun semakin banyak kapal moderen seperti kapal ferry, dan super jet dari besi atau fiber yang digunakan sebagai moda transportasi laut, namun kapal tradisional ini hingga sekarang masih digunakan di beberapa wilayah Indonesia, dan bahkan menjadi andalan dibidang  transportasi  antar pulau. Bahkan dapat dikatakan bahwa kapal tardisional sudah menjadi industry skala kecil di bidang perkapalan dengan bahan kayu. Ciri khas kapal tradisional ini kebanyakan mengunakan layar, kecepatannya rendah dan ukurannya mulai dari perahu kecil yang disebut kelotok atau ketingting yang bisa memuat 10 penumpang, hingga bus air berupa perahu panjang (long boat) yang bisa mengangkut puluhan penumpang.

2.5  Pengunaan Lainnya Dalam Sistim Transportasi Laut
2.5.1 Sistem Transportasi Laut Dalam Peningkatan Penunjang Pembangunan Wilayah Kepulau
Meningkatnya kinerja investasi yang diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi serta diharapkan dapat mengatasi masalah penggangguran dan kemiskinan sampai saat ini masih belum juga terwujud. Menurut beberapa ekonom, lemahnya kinerja investasi disebabkan oleh dua hal yaitu iklim investasi dan infrastruktur yang belum mendukung dan cenderung buruk. Dalam tulisan ini akan difokuskan mengenai rendahnya infrastruktur transportasi dalam kaitannya Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan, mengingat Indonesia adalah negara yang 70% wilayahnya berupa laut dan terdiri atas 18.000 pulau . Oleh karena itu transportasi merupakan masalah yang penting, karena transportasi merupakan gerbang keterisolasian atas wilayah-wilayah yang terpencil dan jauh dari pusat kegiatan ekonomi. Bahkan selama ini pemerintah daerah yang wilayahnya berupa kepulaunan banyak mengeluhkan kurangnya sarana transportasi baik transportasi laut maupun udara. Padahal wilayah tersebut sebenarnya memiliki potensi perekonomian yang cukup tinggi, seperti misalnya Propinsi Kepulaan Riau, Maluku Utara dan beberapa propinsi lainya memiliki potensi perikanan dan kelautan yang besar. Namun karena kurangnya sarana transportasi maka potensi yang ada tersebut belum optimal di kembangkan. Sebagai contoh Maluku Utara memiliki luas potensi budidaya rumput laut 35.000 ha yang jika dikembangkan akan menghasilkan sekitar 560.000 ton/th rumput laut kering dengan nilai ekonomi sekitar US$ 280 juta, nilai ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada sarana pengangkutan untuk ekspor maupun distribusi ke wilayah yang memiliki industri pengolahan rumput laut.
Oleh karena itu sarana transportasi merupakan sesuatu yang penting dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan dan investasi. Jika di wilayah tersebut dibangun sarana transportasi maka investor tidak akan segan-segan menamankan modalnya untuk pengembangan budidaya rumput laut di Maluku Utara atau wilayah lain yang memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan. Dengan demikian tujuan pembangunan transportasi (terutama transportasi laut) antar pulau-pulau bagi bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan perhubungan laut sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan, sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta sebagai penyedia lapangan kerja dan penghasil devisa negara.
Pengadaaan infrastruktur transortasi memiliki peran besar dalam perkembangan perekonomian bangsa Indonesia. Dalam hal ini perhubungan laut berperan dalam memperlancar perpindahan barang dan jasa dari satu pulau ke pulau yang lain, mempercepat transaksi perdagangan dan proses ekspor dan impor dari suatu wilayah, baik dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan data yang ada, hampir 80 % lebih proses perpindahan barang dan jasa antar pulau menggunakan jasa perhubungan laut. Berdasarkan hal tersebut dapat kita bayangkan bahwa sektor kegiatan perhubungan laut merupakan salah satu penunjang utama dalam pergerakan ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanansuatu kawasan. Sektor transportasi sangat berpengaruh dalam mempercepat pergerakan ekonomi di suatu wilayah, oleh karena itu perlu segera dibangun infrastruktur transportasi terutama dalam penyelenggaraan perhubungan laut sehingga akan terselenggara jaringan transportasi yang profesional dalam melayani jasa transportasi di laut.
Begitu pentingnya peran trasportasi, sehingga dapat dibayangkan bagaimana jadinya apabila jasa transportasi antar pulau tidak berjalan atau berhenti, berapa banyakkerugian materil maupun non-materil yang akan diderita baik oleh perorangan, swasta, pengusaha, BUMN maupun lembaga pemerintah.
Oleh karena itu, perlu disiapkan segera infrastruktur transportasi sehingga pendayagunaan potensi ekonomi di wilayah kepulauan dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka perlu dilakukan terobosan untuk membangun infrastruktur transportasi dan salah satunya adalah dengan kerjasama saling menguntungkan antara pemerintah dan swasta, hal ini dilakukan dalam mengatasi masalah minimnya anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Langkah pembangunan infrastruktur perlu mendapat dukungan dari seluruh stakeholders baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Dengan demikian akan segera terwujud infrastruktur transportasi yang memadai sehingga perekonomian di wilayah kepulauan dapat segera berkembang sehingga masalah penggangguran dan kemiskinan dapat segera teratasi.

2.6  Kondisi yang dihadapkan transportasi laut di Indonesia di masa mendatang.
2.6.1        Masa Depan Transportasi Laut Indonesia
Proyeksi dalam Study on the Development of Domestic Sea Transportation and Maritime Industry in the Republic of Indonesia (Stramindo) – JICA (2003) Gambaran suram tentang transportasi maritim Indonesia bagai mendung yang menutupi matahari. Potensi yang ada sangat besar, sehingga masa depan sebenarnya bisa lebih cerah. Terlihat dari hasil kajian Stramindo yang memproyeksikan pembangunan transportasi maritim Indonesia untuk 20 tahun ke depan (20042024).
Stramindo memprediksi bahwa dalam periode 20 tahun ke depan (20042024), volume dry cargo akan berlipat 2.8 kali, volume liquid cargo berlipat 1.4 kali, dan secara keseluruhan volume angkutan domestik akan berlipat 2 kali. Jenis muatan yang paling pesat pertumbuhannya adalah kargo kontener. Volumenya akan berlipat 5.2 kali, dari 11 juta ton (2004) menjadi 59 juta ton (2024). Pertumbuhan dry cargo sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan ekonomi, dan tidak terlalu bergantung pada ketersediaan sumberdaya alam. Tingkat produksi minyak saat ini akan terhenti pada tahun 2006, seperti diperkirakan oleh Pemerintah. Di masa 20 tahun ke depan, volume angkutan minyak akan menurun, sekalipun konsumsi bertambah. Struktur logistik minyak akan berubah, sebagian volume domestik minyak mentah akan diganti dengan impor minyak.
Sebagai akibatnya, pertumbuhan volume angkutan liquid-cargo (yang didominasi minyak) tidak sepesat dry-cargo. Pertumbuhan volume penumpang (transportasi maritim maupun udara) akan sejalan dengan pertumbuhan GDP. Tapi GDP yang semakin tinggi hanya berpengaruh positif terhadap transportasi udara, dan berpengaruh negatif terhadap transportasi laut. Karena itu diprediksi proporsi lautudara akan berubah dari 60-40 (2001) menjadi 51-49 (2024) dengan tingkat pertumbuhan rendah 1.5 kali lipat. Proyeksi pertumbuhan volume muatan barang dan penumpang domestik yang menggunakan transportasi maritime
Pertumbuhan volume muatan domestik membutuhkan penambahan kapasitas armada tranportasi maritim domestik. Tapi perkiraan penambahan kapasitas dipengaruhi beberapa hal, antara lain pertumbuhan pangsa pasar, atau tingkat produktivitas. Stramindo menargetkan perbaikan tingkat produktivitas kapal drycargo, yaitu dari 7,649 ton-miles/DWT (2001) menjadi 10,000 ton-miles/DWT (2024). Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai peningkatan dan penyempurnaan di berbagai bidang, antara lain seperti: peningkatan volume muatan, karena ekstensifikasi kontenerisasi; peningkatan kecepatan kapal, karena penggunaan armada yang berumur lebih muda; penambahan jumlah hari produktif (commissionable days), karena perbaikan manajemen kapal; pemangkasan waktu tunggu di pelabuhan, karena perbaikan manajemen pelabuhan dan sebagainya.
Disamping itu, Stramindo mengasumsikan pembesaran pangsa dari 60% (2001) menjadi 86% (2014) dan 100% (2024). Target pangsa pasar armada domestik ini bisa dicapai melalui kebijakan penerapan bertahap asas cabotage, dengan tujuan membentuk armada yang berdayasaing tinggi. Berdasarkan data tahun 2001, kapasitas armada nasional adalah 7.1 juta DWT/GT dengan umur rata-rata 21 tahun. Pada akhir dasawarsa pertama, tahun 2014, kekuatan armada nasional untuk pelayaran domestik bisa mencapai 86% besaran proyeksi akhir, dengan penambahan kapasitas 3.4 juta DWT. Hal ini hanya bisa dicapai dengan penerapan cabotage pada 7 komoditi terpilih (minyak bumi, minyak sawit, batubara, pupuk, kayu, beras, dan karet). Selain tetap mempertahankan cabotage seperti yang ada sekarang, dan penggantian kapal tua. Pada akhir dasawarsa kedua, tahun 2024, jika modernisasi kapal dan manajemen pelayaran berhasil dilakukan secara gradual dan penerapan sepenuhnya prinsip cabotage, kapasitas armada pelayaran domestik akan bertambah 3.2 juta DWT sehingga mencapai 13.1 juta DWT untuk kargo dan 0.7 juta GT untuk penumpang (atau 14.4 juta DWT/GT) dengan umur rata-rata 14 tahun Berdasarkan proyeksi kapasitas armada pelayaran tersebut di atas, diperlukan investasi sebesar Rp 54.5 trilyun untuk pengadaan armada kapal dalam periode 2004-2014, dan sebesar Rp 75,3 trilyun dalam periode berikutnya, 2015-2024. Pengadaan 4,617 kapal dalam periode selama 20 tahun membutuhkan dana total sebesar Rp 130 trilyun (US$15.3 milyar), atau sama dengan 8% GDP Indonesia tahun 2002.
Karena keterbatasan anggaran pemerintah, JICA merekomendasikan agar Pemerintah Indonesia mencari pinjaman sebesar Rp 2.8 trilyun dari Official Development Assistance (ODA) melalui program pembangunan pelayaran antar-pulau (interinsuler), untuk memenuhi 10% investasi domestik dalam periode 2005-2009. Melalui investasi peremajaan dan modernisasi armada transportasi maritim, diperkirakan ekonomi Indonesia akan menikmati multiplier-effect senilai Rp 251.3 trilyun pada tahun 2024. Patut digarisbawahi, bahwa selain beberapa asumsi dasar umum (misalnya pertumbuhan GDP), proyeksi tersebut di atas disusun dengan mengandaikan keberhasilan pembenahan di beberapa bidang. Pada dasarnya pembenahan tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas dan menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk industri pelayaran. Proyeksi di atas akan berhenti hingga sebatas kertas, tanpa pembenahan yang disarankan.
Pada tahap awal, proyeksi dalam Study on Development of Domestic Sea Transportation and Maritime Industry in the Republic of Indonesia ini dapat dipergunakan untuk memaparkan potensi besar industri transportasi maritim, yang disusun berdasarkan kondisi faktual saat ini.
2.6.2 Hal Yang Harus Dilakukan Pemerintah
Untuk meningkatkan industri maritim di Indonesia ada beberapa hal perlu dilakukan oleh pemerintah
1.      Menyarankan dikeluarkannya peraturan pemerintah yang melarang pembangunan kapal baru s/d 3000 DWT dan reparasi kapal s/d 15.000 BRT di luar negeri.
2.      Mengintegrasikan secara nasional industri perkapalan yang terdiri dari galangan-galangan kapal, perusahaan-perusahaan penunjang galangan kapal serta industri perlengkapannya.
3.      Membentuk pusat-pusat pengembangan industri perkapalan dengan mengembangkan industri perkapalan yang telah ada di Palembang, Jakarta, Surabaya serta ujung pandang. Adapun pusat-pusat pengembangan ini nantinya diharapkan dapat mendorong industri-industri kapal yang ada di sekitarnya.
4.      Mengembangkan industri pendukung industri perkapalan sehingga secara bertahap mengurangi ketergantungan bahan baku impor.
5.      Mengadakan sistem penyediaan material.
6.      Mengembangkan investasi pada perusahaan pelayaran berbendera Indonesia.
Bertambahnya aktifitas berbagai industri galangan kapal di Indonesia tentunya akan memacu pertumbuhan industri terkait lainnya. Dengan demikian dapat menciptakan atau menumbuhkan lapangan kerja lebih banyak yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak juga. Dengan demikian dapat memberikan berbagai dampak positif yaitu:
·         Mengurangi jumlah pengangguran.
·         Meningkatkan taraf ekonomi masyarakat karena pendapatan bertambah.
·         Dapat meningkatkan pemasukan pajak terutama pajak penghasilan (Pph) yang diperkirakan  jumlahnya melebihi pajak pertambahan nilai (Ppn).









BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kondisi geografi Indonesia maka peran Transportasi di Indonesia memacu pada transportasi pada bidang perhubungan laut. Namun kemampuan pelayaran dan armada nasional dalam meraih pangsa muatan masih sangat lemah dan semakin menurun dalam kurun waktu tahun – tahun terakhir ini bahkan armada nasional hanya mampu meraih 50% dari total muatan dalam negeri dan sekitar 2% dari muatan luar negeri, selain itu total muatan masih dikuasai oleh armada-armada berbendera asing.
Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu daerah dengan daerah lainnya memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan barang untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sementara adanya perpindahan atau pergerakan (movement) dari penumpang dan barang merupakan dasar terjadinya perdagangan.Adannya bisnis perdagangan baik di dalam maupun luar negeri (Export & Import) mempengaruhi permintaan jasa angkutan laut di Indonesia karena angkutan laut menjadi pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas pengiriman barang.
Sistem transportasi merupakan sesuatu yang penting dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan dan investasi. Jika di wilayah tersebut dibangun sarana transportasi maka investor tidak akan segan-segan menamankan modalnya untuk pengembangan
3.2 Saran
Untuk kedepannya sebaiknya negara kita memperbaiki sitem transportasi dan fasilitas serta konstruksi yang mampu bersaing nantinya di dunia serta mengedepankan penguatan konektifitas antar pulau terutama pulau–pulau terluar dan pulau yang dekat dengan pulau negara lain merupakan salah satu strategi perluasan dan percepatan dalam pembangunan dalam negeri. Konektifitas ini hanya bisa terwujud apabila transportasi laut di negara kita terus diperankan secara signifikan.
           



















DAFTAR PUSTAKA

1.    riset.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2014/12/Jurnal-PDP-2014-JEMI.PDF.pdf

2.    ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/download/3625/2654
3.    http://pmtcargo.com/peluang-indonesia-dalam-bidang-transportasi-laut/
4.    Rifai, Achmad “Perkembangan Industri Perkapalan Atau Maritim Nasional”







Tidak ada komentar:

Posting Komentar